KAPAL DIBALIK KAMERAKU

KAPAL MABUHAI NUSANTARA
Pontianak - Semarang , 26-28Juni 2008

Tut...Tut...
Kapal sudah berbunyi 2 kali, dan aku buru-buru masuk. Yup, aku sebenarnya udah naik ke atas kapal 1 jam sebelumnya, untuk meletakkan barang di dalam kamar. Namun keluar lagi, ketemu dengan beberapa teman yang ingin bertemu dan mengucapkan salam perpisahan. 

Perjalanan kali ini begitu menarik, karena aku ke Semarang bersama ibuku, tanteku, serta anaknya. dan yang pasti, saat hari aku berangkat, usiaku genap 22 tahun.   Ya....aku berulang tahun di dalam kapal yang akan membawaku menuntut ilmu ke kota Jogjakarta. 

Sebenarnya, aku dan ibuku tidak mau naik kapal, berhubung tanteku ingin mencoba, dan ibuku juga akhirnya ingin tau, makanya kamipun bembeli tiket kereta api. Tahun 2008, jika kita mau ambil kamar ataupun VIP, kita bisa mendapatkan dengan harga yang sama dan murah, meskipun kita beli dengan agen tiket. Namun, setauku , terakhir pakai kapal tahun 2009 dan adikku tahun 2013, jika kita mau membeli tiket kamar, kita harus beli dulu tiket ekonomi kemudian di kapal baru kita nego dengan ABK yang ngurusin kamar, tinggal kita upgrade mau yang mana dan nambah duit berapa. Setauku, jauh lebih murah jika kita beli di kapal.

Kembali ke cerita kapal. Waktu itu aku berangkat menjelang magrib, jingga terlihat jelas di sebelah barat, membentuk siluet yang dramatis. Tidak banyak yang ku lakukan di kapal selain sholat, makan dan tidur. Karena aku gak tahan ombak dan akhirnya mabuk laut. Tidur obat mujarab menurutku. 

senja di pelabuhan Dwikora Pontianak

Kamar Kelas 1 yang kuambil kalo gak salah sekitar Rp 400.000an /orang. 1 kamar berdua.  Kenapa gak ambil yang VIP? soalnya harga VIP mahal menurutku, per orang Rp 700.000an. VIP di kapal Mabuhai ini 1 kamar dan kelas 1 kalo gak salah sekitar 3 kamar, sisanya kelas 2 dan kelas 3. Jika kita mengambil kamar, kita dianterin makanan kotak sama ABK. Tapi paling berkesan sih pas taon 2004 naik Kapal Lauser Pontianak-Semarang juga, makannya enak, kamarnya bagus dan luas, kaya hotel. Dan ada Hiburan seperti band saat malam. Sayangnya sekarang udah gak ada lagi seperti itu katanya. 

Kamar kelas 1 ini ukurannya sekitar 2x2,5 meter. 2 single bed yang lebarnya 90cm x 200cm. Disusun seperti hurup L. ada 1 lemari dinding kecil. 1 meja dan 2 kursi. Sayangnya kamar mandi/toilet diluar. Kamar ini ada AC, penerangan yang cukup, namun kecil banget sampai sholat pun pas pasan. Kalo lagi pengen luas, aku ke musholla kapal. Nah, disini aku menghabiskan setengah perjalananku karena kami berdua mabuk laut. Aku awalnya gak mau makan antimo, ternyata ombak cukup kuat saat masuk ke perairan Laut Jawa, di hari kedua, jadi terpaksa deh nelen obat. 

botol-botol minuman ringan yang sudah kosong, bertumpuk di sudut kapal

Keesokan pagi, 27 Juni 2008, setelah mandi dan sarapan, akupun keluar dari kamar. Matahari cerah. Sepanjang mata hanya ada hamparan laus lepas. Dan aku pun mulai memainkan kameraku , mengcapture situasi di kapal. Menarik sekali, karena tidak semua orang pernah merasakan naik kapal. Tapi bagi mahasiswa Pontianak yang bersekolah di Jawa, tidak jarang, kapal menjadi bagian dari mereka saat mudik ataupun kembali kuliah. 
Jadi, gimana sebenarnya rasanya dikapal? Lets check it out!

Ibu, sepupuku (Dhea), dan tante Lina. Ternyata kalo kita keluar, gak kerasa mabuk laut. Ibuku aja senyum. 
matras-matras yang bisa ditemukan dimana saja di seluruh kapal. baik di dek atas, samping lorong dan setiap sudut. 

di dek atas, itu bukan lagi bersantai, tapi mereka tidur beratapkan langit.
Lebih enak diatas , gak bikin mabuk laut, kata mereka. 

kantin atau kafe yang seharusnya tempat nongkrong, tidak bisa dipergunakan semestinya, karena dipenuhi orang yang tidur dilantai hingga dibawah meja. macam-macam aktivitas disini. 

ada yang gak dapat matras, hingga tertidur di kursi.
Tidak jarang, penumpang ekonomi membawa alas tidur sendiri ataupun menggunakan koran. 

kantin yang menjual cemilan, pop mie, air minum, dan sebagainya.
Sekalian nerima cas hape. Memang penumpang musti merogoh kocek, tapi hape aman di cas disini. 

ibu, anak, serta keluarga tidur dibawah meja. Nyenyak sekali, meskipun sinar matahari menerpanya. 

bisa dilihat, kondisi para penumpang ekonomi. semua jadi satu, namun salutnya mereka saling menjaga bawaan "tetangga" satu dengan yang lain. Tidak ada komplen, karena mereka sudah mengerti inilah kondisinya.  

membosankan, hanya melihat buih di lautan. karena tidak banyak yang bisa dikerjakan di dalam kapal, jika kita mabuk laut. 
 Tidak dipungkiri, kalo kapal ini tetap menjadi transportasi yang merakyat. Meskipun memakan waktu yang sangat lama, namun harga yang terjangkau dan bisa membawa macam-macam bawaan tanpa ada maksimal berat barang, menjadikan salah satu transportasi yang dipilih saat mudik. 
Harga tiket kapal ekonomi yang kurang dari Rp 300.000,- jika dibandingkan dengan tiket pesawat jurusan yang sama bisa 3 kali lipat bahkan lebih diwaktu musim mudik lebaran. 

Namun, kapal bukanlah transportasi jika kita sendiri menurutku, karena akan sangat membosankan dan melelahkan. Meskipun murah, namun tidak sebanding.  Pengalaman 3 kali naik kapal, dari bertiga dengan kedua tanteku tahun 2004, kemudian yang ini dengan ibu dan tanteku, serta yang terakhir tahun 2009 sendirian, memberikan pengalaman yang berarti dan penuh makna. 

Mungkin suatu saat aku akan naik kapal lagi, bernostalgia dengan masa lalu. 

sepanjang mata memandang hanya ada lautan dan langit



akhirnya 3 hari 2 malam terlewati. Sampai lah di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang Pk 01.20 dini hari.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar