CALO PERBATASAN TEBEDU KUCHING-ENTIKONG

Bagi temen-temen traveler ataupun yang pernah masuk negara yang berbatasan langsung dnegan Kalimantan Barat ini, pasti tidak asing dengan Imigrasi. Namun bagi yang belum pernah, sebaiknya mencari tau terlebih dahulu, soalnya ada beberapa orang yang pernah  terjebak dengan calo yang berkeliaran di tempat ini. Aku hampir mengalaminya. Lucu juga cara mereka untuk meyakinkan kita utk memakai jasa.

Pertama kali ke Kuching, tahun 2010, memang masih mengisi borang.  Tapi sekarang cukup menunjukkan paspor saja tanpa isi borang atau bayar visa. Setelah sekian lama, Juni 2013, aku akhirnya kembali traveling kesana. Pemilik mobil travel yang akan kami, mencoba menakut nakuti kami jika akan ke perbatasan tanpa pakai jasa mereka untuk cop paspor, bakalan gak bisa lewat. Ya aneh banget, emangnya kami TKW apa, yang khawatir. So, aku bilang, kami ini mau traveling, dan saya yakin kami bakalan gak kenapa napa (sambil menutup telpon dengan suara yang tegas). Lom tau dia, kalo kak iyah (travel mate) saking seringnya keluar masuk perbatasan, sampai-sampai petugas Imigrasinya kenal. Dan......terenggggg..... kami buktikan kalo kami lolos dengan mulus melintasi perbatasan, malahan kami yang pertama di cap paspor (hehehe, karena nongkrongin pagar paling depan, supaya gak ketinggalan pesawat Kuching-Singapore). 

Bulan Agustus lain lagi ceritanya, pas lagi rame-ramenya orang liburan ke luar negeri lewat Kuching, kami mendengar dan aku menyimak perbincangan calo dan seorang bapak yang membawa keluarganya. Gak tau kenapa, yang pasti si calo itu bisa aja cari target orang yang lagi bingung atau apa gitu. Ada mati batin kali ya. Trus calo tu nyamperin, ngajakin ngomong, dan mepetin terus tu orang, dan akhirnya si bapak yang ragu-ragu itu mengiyakan untuk membayar kalo gak salah 100 an ringgit, supaya salah satu keluarganya bisa masuk. Gak tau apa dihipnotis, tu bapak nurut aja terus dan akhirnya keluar dari antrian. Jadi kita memang gak bisa mau ngingetin, selain imigrasi yang penuh orang, bapak itu pun dalam pengawasan Calo. Akhirnya, aku hanya bisa bantu doa dalam hati aja.

Waktu di bulan November, saat bareng dengan Amalia dkk yang mau traveling Kuching-KL-Melaka, kami naik bus executive. Saat tiba diperbatasan, kami mendengar ada yang masuk, kalo gak salah 3 orang ke dalam bis. 2 orang co nawarin tukar duit ringgit, dan 1 orang lagi (kayanya sambil menerawang) langsung menuju 2 bangku di belakangku, seorang penumpang cowo kira-kira 25 taonan gitu deh, tanya dengan si Calo, kalo paspor dia ini bisa masuk apa gak, karena terakhir ke Kuching udah lama. si Calo itu bilang , kalo dia akan kesulitan untuk masuk imigrasi, dan bla...bla..bla...akhirnya si calo deal dengan penumpang 40 Ringgit untuk bantuin nge cop. Nah, sekali lagi, kami gak bisa bilangin orang itu, karena seperti udah dipengaruhi dengan si calo. sampai pada waktunya kami akan melanjutkan perjalanan dari Tebedu ke Kuching, kami tidak bertemu lagi dengan penumpang itu. Moga aja gak kenapa-napa. 

Beda lagi dengan salah satu traveler yang datang lewat Kuching, mau masuk ke Entikong. Gak tau kenapa, bisa manut dan mau memberikan paspornya, padahal udah di cap dan dia sudah siap untuk naik ke dalam bis. si Calo itu bilang, kalo barang-barang dia ada yang berbahaya dan mungkin membuat dia ditahan. si Traveler itu, bialng gak ada, tapi gak tau kenapa si traveler itu cerita, dia mau aja paspor nya di minta liat dengan si calo, dan calo itu minta uang 10 Ringgit, trus dikasih deh sama dia. setelah kejadian itu, dia posting di di salah satu forum, sempet chat ama dia. Ya, apes aja katanya. tapi gak tau, waktu itu kok bisa manut aja gitu. Ngeri juga ya. 

Yah, itulah beberapa cerita yang bisa dijadikan bekal untuk kita lewat perbatasan pertama kali. Jangan heran kalo kita dengar para calo itu sambil teriak teriak nawarin jasa nge cop paspor, yang paling sedikit dimintanya 40 ringgit.  Jangan mau bertanya atau menjawab pertanyaan calo. Cuek aja, karena saat kita kepancing, nah, siap-siap deh dipengaruhi oleh mereka. Jadi, Waspadalah sobat !