Seringsekali mendengar tentang cerita kelenteng ini dari orang orang tapi aku belum pernah sampai disana. Dan saat membawa klien dan akhirnya menjadi sahabtku, Mbak Suyeni (Palu) dan Ipul (Surabaya), akhirnya akupun sampai di kelenteng yang legenda ini. Aku mencari sejarah d an kisah tentang kelenteng ini sebelumnya dan salah satunya kudapat di kompas.com, alamat lengkap link nya : http://sains.kompas.com/read/2013/10/29/1725182/Kelenteng.Timbul.di.Tengah.Laut dan https://www.jpnn.com/news/mengunjungi-xiao-yi-shen-tang-kelenteng-terapung-di-dunia-2. Aku kembali menceritakannya disini sesuai dengan kisah perjalananku.
Matahari sudah semakin meninggi, kami bergegas menuju ke dermaga Kakap setelah sebelumnya singgah di sungai Itik untuk melihat proses pembuatan gula merah dan hunting foto disana. Kakap di siang ini cuacanya cerah berawan. tapi tidak mengurungkan niat kami untuk tetap mengunjungi Kelenteng tengah laut. Aku mencari perahu klotok yang bisa membawa kami kesana dan bernegoisasi harga. Akhirnya dapatlah harga kesepakatan. Satu perahu klotok bisa diisi hingga 10 orang. Kami harus menunggu perahu klotok sesuai yang dijanjikan bapak tersebut. Beliau bilang bukan sampan kecil, tapi besar. Kami juga menginginkan seperti itu karena lebih aman. setelah menunggu 10-15 menit, tibalah perahu klotok kami datang dari pasar melintasi Jembatan Bintang Tujuh. Menempuh perjalanan 30 menit lebih, kami start dari dermaga yang banyak terparkir perahu klotok. DI dalam perjalanan, banyak kami jumpai jermal jermal penangkap ikan. Air Laut disini berwarna coklat, karena merupakan muara laut. Dari kejauhan mulai terlihat bangunan, itulah Pekong Laut, biasa warga sekitar menyebutnya.
Perahu kami merapat dan kamipun menaiki dermaga kelenteng. Ada beberapa anak tangga yang kami titi. Saat kami datang, hanya ada 1 rombongan kecil dan mereka bertolak pulang kembali ke Kakap. Kami lalu menuju ke depan Kelenteng. Kelenteng ini namanya Kelenteng Darma Bakti atau Xiao Yi Shen. Berukuran 20x20 meter serta menghadap ke timur. Bangunan ini kokoh karena terbuat dari kayu belian ( kayu ulin/besi) yang memang banyak digunakan orang Kalbar sebagai pondasi rumah terutama jika membangun rumah diatas air ataupun membuat meriam karbit. Kelenteng ini memang unik, setaguku memang belum pernah mendengar ada kelenteng di Indonesiayang didirikan di tengah laut selain disini. Menurut cerita yang kudapat dari seorang yang menjaga kelenteng, beliau bercerita bahwa kelenteng ini dulunya tidak seperti ini. Kelenteng yang sudah lebih dari 40 tahun ini, dulunya didirikan tidak jauh dari sini, Tapi rusak diterjang banjir besar dan dibangun kembali akhirnya berdirilah seperti yang sekarang. Para umat yang berdoa biasanya membawa uang kertas dan dupa untuk dibakar di tempat khusus yang telah disediakan. Ada waktu waktu tertentu kelenteng ini ramai didatangi, selain akhir pekan yakni saat perayaan Imlek.
Kelenteng ini indah dengan keunikannya. sayangnya kami tidak bisa beralama lama lagi. Laut terbentang luas, sejauh mata memandang. Langit mendung semakin menjadi, kami harus segera kembali, karena gelombang laut mulai meninggi. Perjalanan kembali ke dermaga terasa lebih lama, sekitar 45 menit. Bersyukur kami tiba dengan selamat meski agak sedikit basah terkena hentaman ombak yang mulai membesar, menerpa perahu klotok. Setibanya di dermaga, kami pun ke mobil dan kembali ke Pontianak.
Kakap, tempat yang penuh dengan keunikan dan cocok sekali bagi yang senang dengan Human Interest, bisa meluangkan waktu dan memasukkan dalam list perjalanan. Luangkan waktu 1 hari untuk bisa mengunjungi Kakap, sungai Itik, dan Kelenteng, dan sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar