Alun Alun Kota Batu

Bagai bernostalgia, aku kembali lagi kesini. 2014 tepatnya 5 tahun lalu, saat ke Batu bersama Etha dan Angga yang sekarang mereka sudah menikah. Waktu itu kami selama 2 Minggu berkeliling dari kita yang satu ke kota yang lain. Selain untuk traveling, saya juga untuk mengerjakan project prewedding photography mereka. 

Taksi yang kupesan lewat apps pun tiba. Setelah selesai berenang di kolam yang super sejuk tadi dengan Talita, jikalau hanya berdiam diri di hotel, gak seru. Jadinya kami pun ke Alun Alun Kota Batu. 

Hampir magrib dan kami sholat magrib di masjid yang megah ini. Menariknya, di masjid ini punya beduk dan ada hot shower ya juga lho untuk pelancong ataupun siapapun yang ingin mandi di masjid. 



Jika ingin sholat, kita bisa meminjam mukenah di bagian depan dan akan dilayani penjaganya. Setelah itu kembalikan lagi ke tempat semula dan kita bisa sekalian berdonasi di celengan yang sudah disediakan. 

Kami mencari bakso, dan unik dari bakso ini, mie nya berwarna biru. Seperti laksa, tapi agak gede ukurannya. Harganya terjangkau dan standar meskipun terletak di pusat wisata. 


Lanjut kami berkeliling menyusuri satu persatu sudut alun alun. Bianglala menjadi pusat semua mata memandang. Warna lampu LED yang bergantian bagaikan pelangi indah untuk dinikmati. 

Beberapa puluh meter dari kios bakso, kami bertemu dengan PKL alias Pos Ketan Legenda. Ini pos Ketan udah jadul banget, tapi beneran legendaris. Antrian panjang mengular, dan benar saja, banyak artis pejabat yang juga mencicipi ketan disini yang memang enak. 




Kami ikutan mengantri. Meskipun panjang, tapi pelayanannya termasuk cukup cepat. Dan disini kalo kita belum ngantri dan pesan makan, kita belum boleh duduk. Hal itu disiasati oleh pemiliknya agar yang boleh duduk hanyalah orang2 yang sudah memesan dan siap makan. Karena itu, saat kami sudah selesai memesan dan bayar, kursinya langsung disiapkan dan diberi nomor pemesan. Kemudian setelah kami selesai, kursi tersebut langsung disusun lagi oleh pelayannya.

Nah...gimana rasanya? Kalo menurut kami, Enak! Karena itu selama di Batu sampai 2 kali kami beli ketan ini. Beragam rasa. Selain makan di tempat, kami juga pesan untuk dimakan di hotel. Jadi wajib ke PKL kalo ke Batu ya. Wah...jadi kangen ketannya saat ngeblog ini. Pengennn....sayangnya lagi gak boleh mudik ni tahun 2020, karena Pandemi Covid 19. 
Ini kali kedua kami kembali ke PKL


Lanjut....kami kembali jalan lagi kesana kemari di dalam pasar dan pusat kuliner Alun Alun Batu. Beragam macam dagangan ada disini. Kami sempat beli gantungan kunci yang bentuknya mirip sekali dengan paha ayam dan sayap ayam. Sampai sampai, iseng kudeketjn ke twins, eh mereka mau makannya hahahhaa. 







Terus kami kembali ke taman dan menikmati Bianglala sambil makan jagung bakar. (Menu wajib papi hehehe). Aku pun berkeliling melihat ada apa aja disini. Dan, dari kejauhan tampak penjual bunga. Dan woooow sekuntum bunga mawar merah dengan kelopaknya yang besar, hanya Rp 2.500/tangkai. Murahnyaaa....papi...beliin dunk kataku, saat kami melintasi penjual bunga. Dan sudah bisa kutebak, pasti jawabnya Ndak. Ayo dunk, rayuku dan jawabannya..Ndak...kata Papi. Hahaha...ya gitu deh. Gak pernah dikasih bunga. Karena kata Papi takut mami hidungnya kembang kempis saking hepinya hahahaha. Yo wes lah....btw wajar kan kalo orang sini suka beli bunga hidup, ya iyalah, harganya terjangkau. Secara di Pontianak, bisa nangis Bombay beli sekuntumnya . Harganya 25rb per kuntum tangkai. 

Kami sudah cukup berkeliling. Kerasa pegel juga sambil gendong twins satu satu. Sekitar 3 jam an. Akhirnya terakhir ke supermarket Deket sini buat beli diapers dan woww juga, disini memang murah daripada di Pontianak diapers nya. Saatnya kembali ke hotel. Oh ya, kalo pake taksi daring, sebaiknya tunggu di sebrang Alun Alun Deket dengan warung bakso yang ditengah jalan, agar mudah ditemukan Taksi nya. Apalagi disana jalannya satu arah. 

Oke...Met dolanan yooo, tapi setelah Pandemi Covid 19 berakhir. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar