Sempat tidak yakin aku bisa sampai di kawasan mangrove ini. Jaraknya yang jauh, 54 km untuk hitungan PP dari rumahku, membuat aku sudah pusing duluan membayangkannya. Jadi kuputuskan sebelum bisa kesini bersepeda sendirian, aku harus berlatih rutin jarak jauh.
Hari yang kutunggu telah tiba, 1 Agustus 2020. Kujadikan momen perdanaku bersepeda jarak jauh. Jam tangan menunjukkan pukul 6.30 tepat dan saatnya ku mulai kayuh sepedaku.
Syukurlah matahari bersahabat saat pago sehkngga aku tidak merasakan lelah. Langit berawan dan angin sepoi menemani sepanjang perjalanan. Tak terasa aku semakin jauh mengayuh hingga masuk ke Desa Sungai Kupah dan akhirnya menembus batas antara RT satu ke RT lainnya. Jembatan yang menghubungan tepian sungai tepat di depanku. Masjid tertua yang terbuat dari kayu ulin menyambutku. Namun, bukan saatnya untukku berhenti. Aku harus terus mengayuh.
Harumnya gula merah mulai terasa tandanya jarak semakin dekat. Deretan pawon sudah terlewati saatnya masuk ke kawasan Ekowisata Telok Berdiri Mangrove Sungai Kupah.
Saat itu sepi, hanya diriku yang bersepeda. Terus kukayuh hingga ku berhenti sejenak saat di depan Menara Suar Tanjung Intan dan gerbang ekowisata. Sebuah pencapaian besar buatku menaklukkan mimpiku. Entah bagaimana saat pulang, itu kupikirkan nanti. Saatnya untuk ku menikmati pemandangan yang terasa sangat berbeda karena kudapatkan dengan solo bersepeda.
Benar saja, tidak ada seorangpun di sini. Aku memilih mengintari trek yang terbuat dari kayu dari kanan ke kiri. Aku putuskan untuk mengambil beberapa gambar dan video untuk selebrasi akan kemenangan pribadi. Semua sempurna, sesempurna keheningan dan hanya alam yang menemaniku di tempat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar