Laman

BERBURU DURIAN



Durian, duren, apapun itu namanya, buah yang digemari banyak orang. Tapi hanya sedikit orang yang pernah makan durian baru jatuh dari pohonnya atau yang lebih serunya lagi, nunggu durian jatuh di bawah pondok di tengah hutan. Bunyi gedebak gedebuknya itu lho yang bikin seneng.
Nah, aku ingin coba ngerasain hal serupa. Dan demi itu, aku pun sama kak Iyah, perawat gigi yang bertugas di Puskesmas Pahauman selama kurang lebih 10 taon, nemenin berburu duren di kebun temennya di Desa Kepayang, Pahauman. Lokasi yang jauh namun tidak terasa karena sepanjang jalan mata ku dimanjakan sawah, perbukitan yang indah, dan hutan.

Siang itu jam 13.00 kami turun dari rumah dan tiba disana sekitar pk 13.30. Langsung disambut dengan buah duren baru, dan cukup makan 1/2 aja udah kenyang. Soalnya ,,,hm...durennya tebal, manis. Gak ingin berlama2, kami langsung menuju ke hutan yang ada kebun duren. Nah...ngebolang di mulai. Kami jalan kaki menyusuri bukit sekitar 30-40menit, lumayan melelahkan, sampai napas ku terengah2.

Menanjak dan akhirnya kami menemukan aliran mata air diantara bebatuan. Jernih sekali. Dulu, mbak lili (yang punya kebun) , dia sering mandi disitu saat masih kecil. Oh ya, mbak lili punya anak, namanya Farel. Nah si Farel gesit, dan dia hapal jalan dan duluan meninggalkan kami. 

Selanjutnya, kami menuju ke pondok kak lili. Disana sudah ada kak linda, yang sedang gantian bertugas nungguin duren jatuh. Sambil berkenalan dan berbincang2, tiba2 bunyi...Gedebuk!!!
Nah, itu....gak dikomando, kak iyah langsung manjat bukit, naik ke atas dan mencari duriannya. Aku pun yang penasaran ikutan naik. Yup, ada 1. Langsung foto dengan duren temuan pertama. Kami turun dan mencoba durennya. Hm......masih keras, dan pas dibuka, wah, bagus. 

Dan aku coba.....hm......hm....kenapa ya ada yang beda....apa akunya gak pernah makan duren baru jatuh? Soalnya kok rasanya piye gitu...kucoba makan 2 biji, dan akhirnya....pusing, aku minum air dari mata air di samping gubuk...seger banget. Tapi kenapa masih pusing ya, ...wah, ternyata kandungan alkoholnya tinggi. Hahhahahha....gak biasa makan duren baru, akunya tepar. Syukur dikasih air garam didalam durennya, penawarnya, utk ngeringanin pusing dan sakit perut.
Sekitar 1 jam kemudian, deru angin terdengar, disusul dengan bunyi gedebak gedebuk dimana2, kami semua berteduh di pondok. Setelah angin reda, segera kak iyah, kak lili, dan kak linda mencar duren2 yang ada di atas bukit sebelah. Dan hasilnya,.,,,ada belasan duren dengan kualitas terbaiknya...Mantapppp.

Satu duren dibuka, bagus banget. Rasanya enak, tebel dan aku pun ikut mencoba lagi hehehehe. Sambil makan duren, kak iyah dan kak linda mencopoti isi duren2 itu untuk dibuat gula duren yang katanya enak banget. Musti duren kualitas baik untuk membuatnya, kata kak iyah.

Gak terasa hampir 3 jam kami disana, saat untuk turun kebawah dengan masing2 membawa duren yang dibeli kak iyah. Saat melewati pondok lain, aku lihat seorang ibu yang tadi siang menganyam raga' (keranjang), sudah jadi raga'nya. Sebenarnya tidak dijual, krn aku demen akhirnya dia setuju rp 10.000. Di tambah lagi, dia mau nari bareng aku, semua tertawa karena ibu itu latah.

Perjalanan turun kebawah lebih cepat, dan kami tiba dibawah dan disambut beberapa babi hitam. awalnya serem, tapi ternyata babi itu takut kalo liat manusia.  Kami menitipkan durian di rumah keluarga kak Linda, karena mau lanjut ke rumah Panjang Saham yang legendaris itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar