JOHOR BAHRU DI BULAN AGUSTUS

Ini kali ke dua Papi ke Johor Bahru, tepat 1 tahun kemaren, di bulan Agustus, kami pergi ber 6.  Tapi kali ini terasa berbeda karena kami ditemani Ibu Jamilah dan Idris anaknya. Ibu Jamilah seorang guru SMA di JB, sedangkan Idris masih SD (sebut Sekolah Rendah dalam bahasa Malaysia). Kami di jemput di depan JB Sentral, masih dalam wilayah JB Check Point , Imigresen. Sinyal internet gratis tidak ada, jadi kami hanya berbekal foto mak cik dan komitmen janji bertemu tepat pk 17.00. Alhamdulillah, sekitar 15 menit menunggu, akhirnya kami bersua. 
Bersama Mak Cik Jamilah
Kawasan Danga Bay 
Tune Hotel di Danga Bay
Mak cik, begitu kami panggil, sangat lah baik hati. Murah senyum, dan suka bercerita. Kami seperti sudah lama akrab. Waktu pertama kali aku bertemu beliau, saat di terminal 3 Soetta, beliau mau terbang kembali ke JB setelah berwisata sekeluarga di Bandung, dan aku hendak ke Bali di November 2012. Dengan Idris, padahal baru bertemu pertama kali, langsung bisa menyatu. Dia dengan serunya bercerita tentang JB. Dia seorang penghapal jalan yang ulung. Dan dia juga yang nentuin kami sebaiknya nginap dimana. Hahahha, anak ini memang gaul, ceria dan bersahabat. Padahal baru kelas 4 SD. 

Aku duduk di depan dengan Mak cik yang mengemudi, sedangkan Papi di belakang dengan Idris. Mak cik membawa kami ke Masjid Sultan Abu Bakar, sebuah masjid yang snagat besar, beraksitektur Eropa bercampur Melayu, bagus banget. Sayang langit mendung, coba cerah ya. 


Masjid Sultan Abu Bakar ini terletak di Skudai dibangun anatar tahun 1892-1900 dibawah perintah Sultan Abu Bakar. Dari depan masjid ini kita bisa melihat ke sebrang selat, salah satu bagian dari kota Singapore. 
Kami hanya sebentar disini, karena kami mau ke Lego Land, makan dan ke JPO. Rupanya dari JB Sentral ke Legoland jauh banget. Di kawasan Gelang Patah, mobil yang dikendarai Mak Cik melaju kencang. Terlihat senja dari balik kaca, sangat indah. 
Sesampainya di Legoland, kami tidak beruntung, karena sudah tutup, dan hanya bisa berfoto didepan. Kata tante Nina, tanteku yang tinggal di Batu Pahat, Legoland bagus juga untuk orang dewasa, banyak hal menarik dan aku pasti suka katanya. Berarti Legoland masuk list ku selanjutnya. Berfoto-foto sebentar, kami melanjutkan ke food court yang berisi banyak kedai makanan khas Johor. 

Karena kami masih kenyang, kami hanya memesan air, sayangnya aku lupa anmanya. Punyaku seperti cendol tapi diaksih es krim, dan minuman papi seperti kincau yang dikasih buah kaya kurma plus kacang. Rasanya manis, porsinya banyak. Mak Cik dan Idris makan disini karena mereka berdua baru pulang dari sekolah, dan langsung menjemput kami, jadi belum sempat makan. Duh, jadi terharu dengan Mak Cik dan Idris. Baik banget mereka *pelukhangat. 
Nah, saatnya di JPO (Johor Premium Outlet). Tempatnya yang Jauh dari JB sentral tapi dekat dengan bandara ini, sebuah pusat perbelanjaan khusus barang-barang branded ternama. Untuk harga, jangan ditanya, namanya juga barang ternama dan original. Kami sempat menyesal saat melihat sepatu dan sendal disini. Harusnya waktu di Tunjungan Plaza itu, aku beli sepatu sendal kulit yang kutaksir, yang rupaanya harganya jauh lebih murah di Surabaya karena lagi Sale. Disini hampir 900an ribu (jika dirupiahkan). Di Tunjungan Plaza 600an ribu. Duh...nyesal dech!*tepokjidat

si Idris kulihat sudah membawa tentenagan, sepasang sepatu bola merk adidas. Berhasil juga dia merayu mamanya untuk sepatu itu. Dia memang suka belanja kata Mak Cik, pasti mintanya barang bermerk. Namanya anak zaman sekarang ya, beda dengan Mak Cik dan Pak Cik zaman dahulu, kata Mak Cik. 
Karena sudah semakin malam , Mak Cik dan Idris juga harus beristirahat dan beraktivitas seperti biasa esok hari ini, kami pun diantar dan menginap di kawasan dekat Senai Aiport, sekitar 10-15 menit dari Senai. Hotel kalo gak salah 75 Ringgit ini, ada breakfast nasi goreng seadanya di pagi hari. Dan sebelum tidur malam itu, kami makan di kedai sebelah. Paginya kami mengintari komplek pertokoan dan perumahan. Pengen tau gimana perumahan warga Johor. Kami memilih taksi untuk mengantarkan kami ke bandara Senai setelah check out jam 12. 

Ini kedua kalinya juga aku ke Senai Aiport, namun beda pesawat. Dulu pakai Air Asia, tapi ini kami pakai Express Air JB-PNK langsung. Sayangnya, Agustus itu merupakan terkahir rute ini beroperasi, karena peminatnya yang sedikit. Saat kami dipesawat saja, penumpangnya mungkin hanya 40 orang, padahal fasilitanya lumayan, dapet minum kopi/teh hangat, dan snack. Beruntung kami pernah merasakan rute penerbangan langsung ke Pontianak ini seharga Rp 950.000/tiket/orang. 
Pontianak, kami kembali!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar