PELIBATAN KELUARGA PADA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI ERA KEKINIAN

Dimulai semenjak kami dianugerahi buah hati, si kembar, Talita dan Tameka, kami sebagai orang tua, selalu berpikir dan melakukan yang terbaik kepada kedua putri kami. Terutama dalam hal pendidikan. Berbagai buku serta informasi di internet yang berkaitan soal anak, kami baca dan kami praktekkan. Berkonsultasi dan berdiskusi dengan teman yang juga memiliki anak, pengalaman mereka yang sesuai dengan nilai keluarga kami, kami jadikan sebagai bekal kami membesarkan anak.
Pendidikan salah satu yang sedang kami persiapkan untuk si kembar. Pendidikan yang terbaik menurut kami adalah dari orang tuanya sendiri. Orang tua sebagai teladan utama anak. Keseharian anak bersama orang tua karena itu sepatutnya lah orang tua yang paling memahami anak, karakter serta fitrahnya. Anak tidak bisa disamakan pendidikannya. Jadi jangan memaksakan anak kinestetik untuk duduk diam saat belajar, atau anak auditori untuk menggambar, mereka tidak suka itu. Apakah orang lain mengerti akan anak kita? Apakah seorang guru memahami semua murid di kelasnya dan kita minta agar guru tersebut bisa mengajarkan mereka sesuai karakter anak tersebut? Jawabannya tidak. Tanggung jawab sepenuhnya itu di orang tua. Wajib terlibat aktif dalam pendidikan sang anak.

Pendidikan tidak hanya di sekolah. Anak bisa belajar dari mana saja dan kapan saja. Bahkan saat berlibur , anak bisa belajar dan justru mengasyikkan.  Mereka lebih cepat menyerap informasi. Si Kembar kami sudah terbiasa melakukan perjalanan sejak usia 4 bulan. Apa perlu keluar biaya besar? Tidak, kami bisa traveling cukup ke muara sungai terdekat dengan motor, ke kebun buah, pantai ataupun ke desa. Mereka belajar dari lingkungan sekitar dan kami sebagai orang tua membersamai mereka. Mereka bisa diajarkan nama tanaman, aneka ragam transportasi, berkenalan dengan orang, bagaimana sopan santun, bagaimana budaya, dan lain sebagainya. Dan saat kami punya rezeki lebih, kami sisihkan untuk biaya berlibur ke tempat lain. Jadi jalan-jalan menurut kami bukan hanya berswafoto, tapi waktunya untuk mempelajari hal baru dan pastinya memberikan pendidikan kepada si kembar.
 
Sewaktu mudik lebaran ke kampung halaman, anak-anak belajar bersosialisasi dengan keluarga dan para sepupunya serta belajar tata krama.  Mereka kami ajak mengenal alam yang ada di desa. Kami ajak pergi ke sawah, sungai dan ke hutan. Mereka kami kenalkan juga dengan hewan ternak. Setelah mudik ke kampung halaman, kami sempatkan untuk singgah beberapa hari ke Yogyakarta. Kami berekreasi ke beberapa pantai di kawasan Gunung Kidul Yogyakarta. Kami memilih pantai karena si kembar dan kami menyukai pantai. Pantai di sini memiliki pasir yang beraneka ragam serta banyak kerang dan pecahan batu koral dan baik sekali untuk melatih sensori anak. Mereka merasakan suasana pantai yang berbeda dengan yang di Kalimantan Barat, karena disini pantainya berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Kami juga mengajak mereka merasakan air laut menerpa kaki kaki mereka. Mereka dikenalkan dengan alam yang indah, diajarkan untuk menjaga kelestarian alam dengan tidak membuang sampah sembarangan agar mereka bisa tetap menikmati keindahannya.




Kemarin si kembar belajar transportasi air yang ada di Pontianak. Mereka senang sekali, mereka berlarian tertawa riang sepanjang tepian sungai. Mereka menunjuk kapal, dermaga, orang yang lagi memancing dan apapun itu sambil bilang " apa tu? ". Itu rasa ingin tahu anak dan kita bisa jelaskan ke mereka nama nama moda transportasi di air. Saat pesawat lewat kita tunjukkan itu pesawat. Kemudian mengenalkan budaya dan aktivitas kepada si kembar seperti saat orang naik ke kapal secara bergantian, kita sampaikan kepada mereka itu namanya budaya antri. Aktivitas orang yang lagi memancing di sungai, yang lagi berjualan , dan sebagainya. Jadi sangat disayangkan, kalau kita jalan jalan bersama anak, tapi kita hanya sekedar swafoto.

Anak-anak senang bermain di taman dan melakukan aktivitas fisik di luar. Jadi sebenarnya anak-anak bisa tidak kecanduan gawai asalkan kita sebagai orang tua mau dan rajin mengajak mereka bermain. Anak-anak dilatih motorik dan sensorik mereka dengan bermain di taman. Belajar bersosialisasi, budaya antri saat bermain perosotan atau ayunan. Belajar untuk menjaga kebersihan dengan kita mencontohkan untuk membuang sampah di tong sampah baik itu sampah kita ataupun jika kita melihat ada sampah berserakan. Anak anak merekam perbuatan kita dan itulah salah satu bentuk pendidikan karakter dari kita sebagai orang tua.

Mudahnya mendapatkan informasi di era kekinian, terutama akses internet, membuat kita para orang tua harus jeli memilih informasi.  Salah satu sumber informasi dari situs yang menurut saya dan suami bagus sekali isinya. Kami banyak belajar dari pengalaman, kisah, serta ilmu dari situs https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/m/
Situs ini dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ada salah satu laman di situs ini tentang pendidikan oleh keluarga https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/m/index.php?r=tpost/xview&id=4851
Di laman tersebut menceritakan bagaimana berakhir pekan bersama anak bisa  menjadi ruang belajar bagi anak. Jadi, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menjadi bagian dari pendidikan anak.

Pengalaman kami, biasanya mengajak anak berkebun bersama. Kali ini  kami mengajak mereka mengunjungi tempat jualan tanaman yang berada tidak jauh dari rumah kami. Anak-anak berkenalan dengan beberapa jenis. Tidak hanya itu, mereka juga mencicipi beberapa jenis buah, ada asam, manis, serta tawar. Mereka belajar membedakan buah yang matang dengan yang belum matang dari warna, tekstur dan rasa. Selain itu juga, mereka berkenalan dengan banyak orang baru yang artinya teman baru. Oleh karena itu, setelah membaca halaman yang ada di situs sahabat keluarga, kita semakin tahu bahwa apapun bisa menjadi sarana pendidikan dan pengajaran bagi anak.
Kita juga bisa mengajak anak ke pasar pagi, memperkenalkan dengan berbagai jenis ikan, tanaman hias, sayuran, buah, dan apapun barang yang dijual di pasar. Mereka melihat transaksi jual beli.  Mereka melihat itu dan mereka belajar langsung. Seringnya si kembar kami ajak ke pasar, banyak pedagang di pasar bertanya kalau hanya saya ataupun bapaknya anak anak yang pergi saja. Para pedagang ternyata mengenal si kembar. Melihat hal itu, kami pikir tidak ada namanya tidak punya teman dan tidak bisa bersosialisasi karena teman bisa dari mana saja.

Selain bersosialisasi dan mengenal berbagai macam hal di pasar, anak anak juga belajar proses untuk menghasilkan sebuah masakan yang enak itu harus dimasak dengan beraneka ragam bumbu masakan yang dibeli di pasar. Kemudian sesampai di rumah, diolah dengan ditumbuk lebih dahulu, dipotong, diiris dan sebagainya. Anak anak belajar proses dan itu penting sekali bagi perkembangan anak. Itulah pendidikan yang melibatkan keluarga di dalamnya. Sekolah hanyalah bagian dari pendidikan. Namun pendidikan utama itu datangnya dari keluarga.

Jadilah orang tua hebat, teladan bagi anak, dan teman bermain serta belajar mereka.
#sahabatkeluarga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar