BERPACU DENGAN NIKMATNYA LONTONG BALAP #2

2 Agustus 2014
1 hal yang wajib kami lakukan jika traveling bersama pastinya KULINER. Hal yang satu ini memang selalu lebih dari budget, demi memuaskan lidah yang selalu ingin tahu. Petualangan pagi ini dimulai dengan menyusuri jalan Kedong Doro - Blauran hingga jalan Kranggan dengan berjalan kaki. Surabaya cukup sepi,  mungkin karena belum banyak yang mudik. 
Trotoar kota Surabaya cukup bersahabat untuk menemani para pelancong sehingga menyenangkan untuk berfoto. Pohon-pohon yang menaungi serta paving yang menghiasi pedestrian walk, membuat kami cukup betah untuk melangkahkan kaki. Tapi, hingga kami menginjakkan kaki jalan Blauran yang banyak didengungkan orang menjadi pusat kuliner, tak kunjung kami jumpai para pedagang disekitar sini. Rupanya, salah seorang yang kami temui dijalan mengatakan, itu hanya buka di malam hari, untuk sekarang jalan lah lurus hingga ketemu BG Junction , nah jalan disampingnya yakni Kranggan, banyak menjual makanan. 
Baiklah, kami semangat, dan benar kata bapak itu, kamipun bertemu dengan hidangan pertama kami. Ta...da......LONTONG BALAP

Masakan yang enak ini terdiri dari tauge yang banyak, tahu goreng, lentho (kacang), bawang goreng, kecap , sambal dan pastinya lontong.  1 porsi puas, selain sehat pastinya mengenyangkan. Tambah mantep, kamipun makan beberapa sutuk sate kerang yang lumayan pedes. Sempurna makan pagi menjelang siang hari ini. hehehehe. 

Makanan ini asal usul lho.  Dahulu kala, para penjual berdagang keliling kota dengan memikul wadah besar seperti baskom yang terbuat dari tanah liat, biasa disebut Kemaron. Para penjual yang didominasi dari Kampung Kutisari dan Kendangsari (Surabaya Selatan), berjarak kurang lebih 5 km dari Pasar Wonokromo (sekarang DTC) ini berebut pembeli di perjalanan dan pembeli yang ada di pasar. Oleh karena mereka berjalan cepat dan menimbulkan kesan berlomba sesama penjual, makanya dicetuskan kata balapan .  Maka dari itu dikenal dengan nama "LONTONG BALAP", meskipun sekarang dijual di gerobak atau warung, namanya tetap melekat hingga sekarang.  



Banyak referensi untuk Lontong Balap yang enak, salah satunya Lontong Balap Cak Gendut Garuda, tapi saat kami kesana, nama Pak Gendut bukan hanya 1 tapi banyak, ya sudah, kami makan saja di warung ibu yang bersebelahan dengan Lontong Balap Pak Gendut (pas kami datang, belum jualan)*bukan Cak gendut, soalnya gak ketemu. Sang penjual seorang ibu dibantu dengan suaminya, melayani kami dengan ramah. Tak lama kemudian , 2 piring Lontong Balap sudah berada didepan kami siap disantap, ditemani dengan beberapa tusuk kerang dan Es Degan.

Untuk harga, kami cukup membayar Rp 35.000 untuk semuanya. Lontong Balap, Manteppp!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar