DARI SAMPOERNA - AMPEL - BUNGKUL HINGGA JUANDA #6

PADIN menjadi pilihan kuliner takhir kami di Surabaya. Terkenal di Surabaya dengan Bebek menjadi sajian khas rumah makan ini. 24 jam dan berada di Jalan Kranggan. Aku memesan ikan bakar Dori dan papi Bebek goreng.SElain sambal tomat yang kami pesan, yang paling berkesan itu sambal Pencit (sambal mangga muda). Papi bilang enak, tapi kami berdua kan gak tahan pedes, sehingga minuman pun kembali diorder untuk mmebuat mulut kembali dingin.  Untuk semua ini kami membayar Rp 107.000.

Destinasi selanjutnya, House of Sampoerna, tempt yang sangat ku tunggu-tunggu, penasaran, karena di Jakarta kulihat Gedungnya yang sangat megah menandakan hal yang sama akan kulihat di Surabaya. Dan untuk itu, kami berjalan menuju BG Junction, inginnya pake Lyn, tapi karena Lyn yang ditunggu gak ada, pakai taksi Oren pilihan terakhir. Apesnya, supir taksinya gak tau HOS, balik bertanya dengan kami, dan meminta dijelaskan dengan peta. Waduh! 

Setelah bertanya beberapa orang, sampailah kami di HOS yang dekat dengan JMP. Benar seperti dugaanku, tempatnya Muantep rek ! Rugi kalo sampai gak kesini. Karena disini, kita belajar banyak hal dan filosofi hidup seorang Lim Sampoerna yang membangun bisnis dari 0 sampai sesukses ini. Dengan pemandu yang seorang ce, masih muda, lancar dan komunikatif menyampaikan cerita, kami pun terbuai hanyut ke masa lalu. Sampai aku lupa berfoto-foto. Kami benar-benar menyelami sejarah. Cerita Lebih lengkap silahkan kunjung website House of Sampoerna.
Sepeda Om Lim Sampoerna yang digunakan untuk berdagang keliling kota
Mencium Cengkeh yang digunakan Dji Sam Soe

Sayang kami tidak bisa melihat para pekerja melinting rokok, yang hanya dilakukan dari hari senin hingga jumat. Tapi semua itu tergantikan dengan adanya Pameran Danau Sentarum yang digelar HOS dengan Antara. Foto-fotonya mantep uey. 



Setelah puas melihat galeri, aku sebenarnya mau mencoba bus kelilling HOS, tapi waktu sudah semakin mepet, jadi, kami memilih becak didepan HOS untuk menngantarkan kami ke Sunan Ampel (awalnya kami kira dekat, rupanya gempor kalo jalan kaki apalagi dibawah panas terik). 
Becak melewati Kawasan Sunan Ampel yang ditandai dengan gapura besar dan berhenti disalah satu gang. Saat masuk ke dalam Gang, aku merasa bagaikan di pasar Sudirman karena banyak sekali kios, toko serta pedagang dengan gerobak yang berjualan baik pakaian, buah hingga makanan dan minuman. Aku tertarik mencoba roti maryan, murah, hanya Rp 2.500,- per buah + gula untuk cocolannya. 

Jalan sekitar 200 meter kedalam, kita menemukan Masjid Sunan Ampel yang terpisah antara wanita dan pria. Pria di dalam sedangkan wanita di teras sebelah kiri. Masjid ini besar dan luas. Kesini diharapkan memakai gamis untuk wanita dan pria memakai sarung (kami salah kostum). Kami tidak tau, jadi seperti papi yang ditegur ama penjaga masjid, supaya papi  memakai sarung. Pejiarah yang datang dari berbagai tempat di Indonesia, dan kurasa paling banyak dari Jawa dan Madura, karena mendengarkan bahasa serta logat mereka. Waktu itu kami tiba saat Zuhur, jadi sekalian Zuhur berjamaah. Aku sempat terkagum kagum melihat Beduk yang besar sekali dipukul dengan irama yang idah menandakan waktu Zuhur tiba. Berbondong-bondong para wanita mengambil wudhu di ruang khusus (sayang tempat wudhunya kurang terawat dan banyak lantai yang pecah). Sekejap, suasana menjadi hening saat sholat dilaksanakan, tapi aku menyayangkan suara imam masjid yang hanya terdengar sayup-sayup sehingga kami jamaah wanita extra konsentrasi dan menajamkan telinga. 
Kembali suasana ramai setelah sholat dan urang pun berduyun-duyun menuju makam Sunan ampel. Diharapkan tidak mengambil gambar disana (kurasa yang tidak boleh difoto itu hanyalah kuburannya). Dan kita harus membuka alas kaki agar terjaga kebersihan. Kami pun turut serta membaca Yasin yang ramai dilantunkan di makam ini. 
Wisata sejarah dan wisata religi sudah, tapi rasanya tidak lengkap jika kami tidak ke Taman Bungkul yang terkenal dengan kelengkapan fasilitasnya. Kami menaiki Lyn Hijau ke sana setelah menunggu 20 menit. Lyn berjalan perlahan, seperti biasa, supaya mendapat penumpang banyak. Bbeerapa orang menyarankan untuk kami turun di persimpangan jalan, namun ternyata, saran mereka kurang tepat dan membuat kami berjalan lebih jauh. 
Rimbunnya Taman Bungkul


Taman Bungkul, memiliki akses internet dari telkomsel, tapi belom sempat kucoba. Kami hanya mengintari taman utnuk mencari  Ki Ageng Bungkul yang rupanya berada di belakang taman. Di taman ini disediakan lokasi khusus berjualan makanan. Ada taman skate board, dan banyak sekali muda mudi serta keluarga yang berkumpul disini. Kulihat anak-anak muda sedang berlatih breakdance. Taman ini bersih, banyak pepohonan tinggi, burung-burung berkicau, dan sangat nyaman untuk bersantai. bersyukur Surabaya memiiki Walikota seperti bu Risma, seorang ahli pertamanan. 

Jam sudah menujukkan pukul 2 siang, pesawatku dengan Jetstar pk 20.50, aku tidak ingin terlambat untuk penerbangan ke Singapore, sehingga kami pun segera menaiki Lyn yang turun di Stasiun Pasar Turi. Sempat berbelanja di Pusat Grosir Pasar Turi, yang mirip seperti Tanah Abang. Sebelum akhirnya kami menaiki Lyn menuju ke penginapan. Lyn sangat lambat karena hanya diisi kami berhingga hingga akhirnya saat kami turun hanya ada 5 orang. Laper, sudah pasti, dan makanan di warung depan penginapan pun menjadi teman perut sore ini. 

Beginilah cerita Surabaya , sangat menyenangkan dan kami ingin kembali lagi. Oh ya, kisah Surabaya ini ditutup dengan pesawat Jetstar yang delay selama 4 Jam di Bandara Juanda (Biaya boarding pass utnuk penerbangan internasional di bandara ini mahal, Rp 200.000  ). Kami lemes, kelaperan, karena gak bisa keluar lagi jika sudah masuk imigrasi. Hanya ada free tap water di ruang tunggu. Hanya setelah dimarahin beramai-ramai oleh penumpang yang berasal dari bebagai negara, akhirnya petugas Jetsar membagikan kami semua Ayam, Nasi serta sekotak teh botol dari Mc.  D,  1 jam sebelum masuk ke pesawat. Pesawat pun baru take off Jam 1 dini hari. Jadi, lain kali jangan naik Jetsar, karena gak ada kompensasi uang atau penggantian karena keterlambatan. 



Sampai ketemu lagi Surabaya....
Kota kenangan...kota kenangan...
Takkan Kulupa....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar